Selasa, 17 Februari 2015

Hikmah di Tengah Jalan


Bismillaahirrahmaanirraahiim

Sore guys, meet again with me! Hhe. Biasa guys, mumpung lagi gak ada kerjaan, ane coba isi waktu luang buat ngeramein ini blog (hhe, kasian atuh blog sendiri dianggurin). Oke guys, kali ini ane ingin berbagi secuil hikmah yang ane dapet dari kakak ipar ane saat ditengah perjalanan. Jujur, awalnya ane kurang respect sama beliau, karena ane pikir orangnya biasa2 aja, malah cenderung pemalu. Namun, prasangka itu berubah 180 derajat setelah mendengar kisah hidup beliau semasa remaja). oke guys, tak usah berpanjang lebar lagi, pantengin terus postingannya, hhe


Hari itu hari minggu, seperti biasa ane harus merantau kembali ke ibu kota untuk mencari sesuap nasi (cie elah, gaya lu tong, wkwkw). Nah, tak disangka ane dapet ajakan tumpangan gratis dari kakak ipar ane menuju terminal (lumayan ngirit ongkos). Meskipun agak2 pikir2 juga, karena kebayang di jalan bakal boring banget, akhirnya ane putusin untuk nebeng sama beliau.

Dimulailah perjalanan perdana ane bersama beliau dengan sepeda motor cs1 nya. Di awal perjalanan seperti yang ane duga, sepi menghiasi. Akhirnya ane coba inisiatif memulai pembicaraan. Biasa, diawali dengan basa basi, sampai ane akhirnya berhasil memancing beliau menceritakan pengalaman akademiknya. Dan betapa kagetnya ane mendengar penuturan beliau. Orang yang di depan mata ane seperti biasa-biasa saja, ternyata telah aktif berorganisasi semenjak SMA, bahkan bisa dikatakan aktivis dakwah. Dimulai dari remaja masjid SMA, ikut mentoring ikhwah, ikut diskusi bersama orang-orang HT,hingga demo di gazibu sekaligus orssi bersama partai ikhwah (dia satu-satunya anak SMA yang berorasi. Wih ga kebayang tuh aktifnya beliau semasa SMA, bahkan guru2 di SMA nya pun khawatir sama beliau, takut2nya beliau terbujuk untuk jihad ke palestina, hha.

Sebagai orang yang aktif berorganisasi semasa SMA, menjadikan beliau diangkat menjadi ketua angkatan semasa awal masuk kuliah. Namun katanya, kejenuhan berorganisasi dia alami saat masuk kuliah. Sempat ditawari menjadi presiden BEM oleh aktivis ikhwah, dia menolak dengan berbagai alasan. Dia hanya mengikuti organisasi pelatihan baca tulis qur’an di kampusnya. Masa kuliah, dia lebih banyak habiskan waktunya untuk mengaji. Selain tercatat sebagi santri di al-falah dago, dia juga sering mengaji ke DT (Aa Gym, Pusda’I dan ustadz-ustadz pesohor lainnya. Yang bikin ane kaget, ternyata dulu dia juga sering mengaji bareng tokoh syi’ah Indonesia, yakni ust. Jalaluddin Rahmat. Dan yang lebih bikin ane kaget lagi, penuturan beliau mengenai siapa sebenarnya ustadz jalal itu.

Para pembenci syi’ah mungkin mendengar nama jalaludin rahmat kupingnya langsung panas (hhe, awalnya termasuk ane juga). Namun ternyata, dibalik ke syi’ahannya, kata beliau, ustadz jalal adalah ulama yang kaya akan ilmu dan wawasan bahkan katanya hanya ada 1000:1 di dunia ini (sehebat itukah?). Katanya, Ust. Jalal menguasai beberapa bahasa asing seperti german, Prancis, turki dan Persia (itu seinget ane ya).Nah, kalau bahasa inggris sama arabnya mah ga usah ditanya lagi atuh, hhe. Konon katanya, saat kaka ipar ane masuk ke perpustakaan ustadz jalal, berak-rak buku tejejer rapi dengan literature asing (non-bahasa Indonesia). Kurang greget gimana coba?! hha. Bahkan ulama-ulama sekaliber ust. Athian Ali (yang mengharamkan syi’ah) kalah berdebat dengan ustadz Jalal (karena ilmunya yang ga sepadan). Gak percaya ya? Hhe sama awalnya juga ane gak percaya. Namun, sikap para ulama-ulama dari golongan NU dan Muhamaddiyah , seperti KH Said Aqil Siradz (ketua PBNU), KH. Din Syamsudin (ketua MUI dari muhammadiyah)  yang menaruh hormat pada ustadz Jalal menunjukkan betapa hebat keilmuannya. Bahkan konon katanya, mereka tidak berani mengatakan bahwa syi’ah itu sesat.

Selain penuturan tentang ustadz Jalal, yang bikin ane kagum juga cerita mengenai kecerdasan al-marhum Gus Dur dengan kontroversi pluralismenya. Konon katanya, beliau bisa menghafal salah satu kitab tafsir saat beliau masih pesantren. Selain itu, katanya beliau pernah ditolak di Al-Azhar hanya karena saking pandai dan cerdasnya beliau (bukan karena tidak lolos tes, hhe). Kata kaka ipar ane, itulah yang dinamakan ilmu ladunni.

Terlepas dari benar atau tidaknya penuturan tentang dua tokoh islam controversial di atas, ane mendapatkan secercah hikmah bahwa: jangan melihat siapa dan dari golongan apa, tapi lihatlah sedalam mana ilmunya, maka ambillah sebanyak-banyak manfaat dari nya. Wallahua’lam bishshawab. Selain itu, ada tips nih, kalau pengen menang dalam debat, maka perdalam dulu ilmunya, karena debat itu untuk adu otak, bukan otot, hhe.

Tak terasa, perjalanan yang menghabiskan waktu hampir dua jam tersebut pun harus berakhir. Ternyata diskusi ringan yang kaya hikmah itu membuat kita berdua khususnya saya, lupa akan jauhnya perjalanan, macet di jalanan dan panasnya terik matahari (bayangin aja gan, ane nyampe di terminal jam 12 siang hanya dengan memakai kemeja). Semoga bisa diberi kesempatan untuk berdiskusi lagi kakak, dan semoga cepat diberi momongan, hhe aamiin.

Sekian dulu guys untuk postingan kali ini, semoga bermanfaat ya. Kalau ada yang pengen diskusi lebih dalam mengenai syi’ah dan tokoh2 yang ane sebutin di atas, mangga tinggal komen di bawah aja. Suwun guys. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar